Kejadian 15:6
(6) Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Kejadian 17:15-19
(15) Selanjutnya
Allah berfirman kepada Abraham: “Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau
menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. (16) Aku akan
memberkatinya, dan dari padanya juga aku akan memberikan kepadamu seorang anak
laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa;
raja-raja bangsa-bangsa akan lahir padanya.” (17) Lalu tertunduklah Abraham dan
tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur
seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan
puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” (18) Dan Abraham berkata kepada
Allah: “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu! (19) “Tetapi
Allah berfirman; “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak
laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan
perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.
Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, Tuhan
menampakkan diri dan mengadakan perjanjian kepadanya. Sebelumnya Tuhan telah
mengadakan perjanjian kepada Abram, kini Tuhan memperbaharui perjanjian
tersebut dengan menyatakan bahwa dari keturunan Abram akan muncul raja-raja dan
bangsa-bangsa dan Tuhan akan menjadi Allah atas keturunannya itu, Sarai akan
melahirkan anak laki-laki yang akan diberi nama Ishak, dan Tuhan akan
mengadakan perjanjian kekal untuk keturunannya. Nama Abram menjadi Abraham,
bapa sejumlah besar bangsa, dan Sarai menjadi Sara.
Atas janji Tuhan yang telah ia dapatkan, sikap Abraham pada
saat itu hanyalah tertunduk dan tertawa. “Mungkinkah…”, seketika itu Abraham merasa tidak percaya, ia menjadi
ragu-ragu akan janji Tuhan. Bisa mempunyai seorang anak pada usia yang lanjut
merupakan sesuatu yang tidak mungkin dalam pikiran Abraham. Sikap Abraham
sangat berbeda ketika ia bertemu Tuhan dan mengadakan perjanjian pada saat sebelumnya.
Ia percaya atas janji Tuhan dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran.
Kadang seseorang dengan iman yang kuat seperti Abraham pun bisa
menjadi ragu-ragu. Pikiran manusia memang terbatas pada suatu keyakinan dan
kepastian yang diperoleh dalam kehidupannya. Jangan ragu atas janji Tuhan. Karena
Tuhan dapat melakukan apa yang tidak mungkin bagi akal pikiran manusia. Tetap taat
dan berdoa agar imanmu selalu diperbaharui.
No comments:
Post a Comment